topbella

Rabu, Oktober 21, 2009

NASIONALISME DAN PEMUDA INDONESIA

 
Secara etimologis, kata nation berakar dari kata Bahasa Latin natio. Kata natio sendiri memiliki akar kata nasci, yang dalam penggunaan klasiknya cendrung memiliki makna negatif (peyoratif). Ini karena kata nasci digunakan masyarakat Romawi Kuno untuk menyebut ras, suku, atau keturunan dari orang yang dianggap kasar atau yang tidak tahu adat menurut standar atau patokan moralitas Romawi. Padanan dengan bahasa Indonesia sekarang adalah tidak beradab, kampungan, kedaerahan, dan sejenisnya. Kata natio dari Bahasa Latin ini kemudian diadopsi oleh bahasa-bahasa turunan Latin seperti Perancis yang menerjemahkannya sebagai nation, yang artinya bangsa atau tanah air. Juga Bahasa Italia yang memakai kata nascere yang artinya “tanah kelahiran”. Bahasa Inggris pun menggunakan kata nation untuk menyebut “sekelompok orang yang dikenal atau diidentifikasi sebagai entitas berdasarkan aspek sejarah, bahasa, atau etnis yang dimiliki oleh mereka” (The Grolier International Dictionary: 1992).
  Pengertian ini jelas mengalami perubahan karena kata nasion dan nasionalisme diadopsi dan dipakai secara positif untuk menggambarkan semangat kebangsaan suatu kelompok masyarakat tertentu. Di bawah pengaruh semangat pencerahan (enlightenment), kata nasionalisme tidak lagi bermakna negatif atau peyoratif seperti digunakan dalam masyarakat Romawi Kuno. Sejak abad pencerahan (zaman pencerahan atau zaman Fajar Budi berlangsung selama abad 17–18), kata ini mulai dipakai secara positif untuk menunjukkan kesatuan kultural dan kedaulatan politik dari suatu bangsa.
  “Kesatuan kultural” dan “kedaulatan politik” merupakan dua kata kunci yang penting untuk memahami nasionalisme. Nasionalisme dalam pengertian kedaulatan kultural akan berbicara mengenai semangat kebangsaan yang timbul dalam diri sekelompok suku atau masyarakat karena mereka memiliki kesamaan kultur. Di sini kita berbicara mengenai nasionalisme bangsa Jerman atau bangsa Korea atau bangsa-bangsa di Eropa Tengah dan Timur yang memiliki kesamaan kultur. Semangat kebang-saan atas dasar kesamaan kultur ini telah terbentuk sebelum terbentuknya suatu negara bangsa.
  Mengacu pada pengertian ini, Indonesia jelas tidak menganut paham nasionalisme dalam artian kesamaan kultur. Kita memiliki pluralitas budaya dan etnis yang memustahilkan kita berbicara mengenai semangat kebangsaan atas dasar persamaan kultur. Masih dalam konteks pengertian ini, sebenar-nya wajar saja jika orang Aceh berbicara mengenai nasionalisme Aceh, demikian pula orang Papua, Maluku, Jawa, Batak, Bugis, Makassar, Bali, Flores, dan sebagainya. Nasionalisme yang mereka maksudkan tentu saja adalah semangat kebangsaan atas dasar persamaan kultur ini, dan semangat ini tidak bisa dikatakan sebagai salah atau benar.
 Nasionalisme identik dengan pemuda, sebab mereka-merekalah pemilik semangat masionalisme yang membara. Mari kita tengok peristiwa-peristiwa besar di Indonesia yang dipicu oleh semangat nasionalisme pemuda kita.
 1928 : Saat pemuda bersatu, semangat persatuan diikrarkan
Tentunya kita tak lupa dengan peristiwa Sumpah Pemuda yang diikrarkan pertama kali sebagai hasil dari Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928. Kongres ini diikuti oleh para pemuda dari berbagai organisasi daerah di Indonesia. Merekalah yang mencurahkan pikiran dan tenaga untuk mewujudkan persatuan. Mengesampingkan perbedaan suku, warna kulit, dan agama, mereka menggelar pertemuan-pertemuan yang merisaukan penjajah Belanda. Kemerdekaan adalah dambaan mereka.
Anak-anak muda itu menuliskan bagiannya dalam sejarah negeri kita : sebagai pemimpin bangsa, penyair, musisi, atau orang biasa saja. Ada pula yang nasibnya berakhir tragis, tewas di ujung bedil tentara Indonesia, yang kemerdekaannya turut ia perjuangkan.
 1945 : Saat pemuda bersatu, kemerdekaan segera terjadi
Proklamasi pun dikumandangkan di seluruh penjuru nusantara. Pagi itu,17 Agustus 1945 Ir.Soekarno membacakan naskah proklamasi. Di dalam naskah itu dinyatakan bahwa Indonesia memerdekakan bumi mereka dari penjajah. Walau perjuangan belum benar-benar berakhir dan kemerdekaan belum benar-benar di genggaman tangan, setidaknya ini merupakan langkah awal. Para pemudalah yang sebelumnya mendesak Ir.Soekarno dan Muh.Hatta untuk segera menyelesaikan naskah kemerdekaan itu dan memproklamirkannya. Merekalah yang mengasingkan dua tokoh besar agar tidak ada yang mengganggu dua tokoh itu dalam menyelesaikan rancangan kemerdekaan bumi nusantara.
 1966 : Saat pemuda bersatu, kepentingan rakyat dibela
Memasuki akhir tahun 1965, keadaan negara indonesia sudah sangat parah, baik dari segi ekonomi maupun politik. Harga barang naik sangat tinggi terutama BBM. Oleh karena itu para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) menyerukan tiga tuntutan kepada pemerintah yang berisi :
1. Bubarkan PKI
2. Perombakan kabinet
3. Turunkan harga
Tiga tuntutan itu dikenal dengan sebutan Tritura (tiga tuntutan rakyat).
 1998 : Saat pemuda bersatu, reformasi ditegakkan
Soeharto yang telah puluhan tahun memimpin rezim orde baru dan menjadi bapak pembangunan juga sangat berjasa. Tapi dengan adanya tragedi Tanjung Priok, Daerah Operasi Militer di Aceh, hilangnya para aktivis, ataupun tragedi trisakti dan semanggi seakan semakin mengukuhkan betapa mutlaknya kekuatan dan kekuasaan orde baru. Ketika itu KKN (yang juga masih terjadi saat ini) menjadi semacam hal yang ditolerir dalam melanggengkan dan melaksanakan kekuasaan. Ekonomi berbasis utang juga menjadi biang ketidakpercayaan.
Di negara kita, kebohongan telah menjadi tak hanya kategori moral tapi pilar negara. Keadaan menyedihkan itu telah menarik rakyat dan mahasiswa untuk turun ke jalan dan menyarakan kebenaran.
Para pejuang 1998 telah menghasilkan kebebasan dan perubahan bertahap. Pers yang bebas, ruang kritik yang lebar, amandemen UUD 1945,lahirnya lembaga-lembaga negara telah menjadi salah satu perwujudan dari reformasi.
 Dapat dilihat begitu kentalnya peran pemuda dengan semangat nasionalisme mereka membuat perubahan-perunbahan besar. Terbukti bahwa nasionalisme berperan penting dalam membentuk perubahan demi kemajuan bangsa. Apalagi untuk masa sekarang ini, tanpa nasionalisme bangsa Indonesia akan dengan mudah diprovokasi dan dapat mengakibatkan terpecah belahnya bangsa. Nasionalisme berperan penting dalam menyatukan bangsa Indonesia. Ketika beragam suku, budaya, dan agama di Indonesia merasa sebangsa dan setanah air yang tercipta adalah kedamaian. Mereka berkolaborasi demi membuat bangga tanah air. Atlet-atlet badminton Indonesia dapat merebut medali di kancah kompetisi Internasional. Mereka berjuang untuk Nusantara, mereka menangis bahagia karena dapat menjunjung tinggi negara tercinta, meskipun mereka berbeda suku, budaya, dan agama. Hal tersebut tak jadi soal, karena mereka berjiwa nasionalisme. Meski berbeda tetapi mereka sama, sama-sama bangsa Indonesia, dan sama-sama berjuang untuk negara.
 Bagaimana cara menumbuhkembangkan semangat nasionalisme? Yang pertama tentu dari diri kita masing-masing. Lalu,pendidikanlah yang selanjutnya berperan penting dalam menumbuhkan jiwa nasionalisme pada kaum pemuda khususnya pelajar. Sejauh mana pendidikan menumbuhkan kesadaran akan sebangsa dan setanah air. Sejauh mana pendidikan menunjukkan bahwa nasionalsme berarti senasib, dan senasib berarti bahwa kita harus merasakan yang saudara kita rasakan,bahwa saudara kita harus mendapatkan yang seharusnya menjadi hak mereka. Gerakan separatisme bukan mutlak kesalahan mereka yang melakukan. Kita harus melihat hal-hal apa yang memicu mereka untuk memberontak. Bisa jadi karena mereka tidak mendapatkan keadilan serta diabaikan. Jiwa nasionalisme juga dapat dikembangkan melalui organisasi-organisasi pemuda yang positif.

Sumber info : www.google.com, TEMPO edisi khusus 80 tahun 
Sumpah Pemuda 

Kamis, Juni 11, 2009

YANG TERSISA

Clara tampak asyik berkutat dengan i-phone hitam baru miliknya,sibuk membalas testi dari berbagai milis yang sering dikunjunginya. Cewek sipit itu tak terusik dengan riuh rendah teman-teman mereka yang sedang menunggu hasil pengumuman UAN. Sepertinya,ia yakin bakal lulus UAN.
Tiba-tiba saja sepasang tangan menutup mata Clara dari belakang. Mendapat serangan mendadak tersebut,Clara segera memekik manja. Ya,ia sudah hafal tekstur tangan itu,pasti Randi. “Hentikaan,lagi seru nih!” Clara merengek manja. “Oke! Tapii...ada syaratnya!” goda Randi,merasa ditanggapi. “Apaan?? Cepetan deh Ran,keburu offline semua!!” Clara mulai merajuk. “Ehmm...oke,aku traktir nasi goreng kesukaanmu deh!” tambah Clara membujuk. “Yaah,kamu kebiasaan nyuap deh! Ntar jadi pejabat suka nyuap lho. Nyuapin nasi,haha. . .!” gelak Randi,tangannya pun ia singkirkan dari wajah ayu Clara.
“Clar...” panggil Randi lirih. “Iya,kenapa Ran?” jawab Clara tanpa mengalihkan pandangan dari Blackberry-nya. “Clara-ku,perhatiin aku dulu dong,please...” kata Randi lembut. Clara pun segera menghentikan gerakan jarinya yang lincah menekan keypad,ia tahu Randi ingin membicarakan sesuatu. Clara pun memasukkan HP-nya ke saku,dan menatap Randi lekat-lekat. “Aku...aku diterima di sini,Clar. PMDK yang kuajukan itu.” Matanya sayu,menekuri lantai di bawahnya.
“Jadi,kamu nggak bisa nemenin aku di Bandung? Kita berpisah? Tapi,kamu nggak bermaksud untuk...”
“Nggak Clar! Aku tetep sayang kamu,walau kita berjauhan.”
“Apa kita bisa?”
“Kau ragu,Clara.”
“Aku cuma nggak ingin memendam harapan. Aku takut sakit!” bulir air mata mulai membasahi pipi halusnya. “Sudahlah,kita coba dulu,ya?” sahut Randi menenangkan,mengusap air mata Clara. Clara hanya mengangguk pelan.
***
Bandung
“Halo,Clara!” Evan melemparkan senyum andalannya. Clara yang tengah mengetik di notebook-nya menoleh,mencari sumber suara kemudian balas tersenyum. ”Lagi sibuk nih? Sorry kalo gue ganggu.” Lagi-lagi Evan mencari perhatian Clara. “Nggak kok,santai aja kali” sambut Clara ramah. Merasa mendapat umpan balik,Evan segera melanjutkan percakapan. “Boleh gue duduk?” kata Evan sambil melirik tas Clara yang diletakkan di satu-satunya kursi yang tersisa. “Silakan. Oh,maaf...maaf!” segera Clara menyingkirkan tasnya.
“Boleh kenalan kan?” tanya Evan basa-basi. “Lho,kan sudah kenal. Buktinya kamu tahu namaku.” Clara tetap memelototi layar notebook-nya. “Yah,maksud gue,kenal lebih deket gitu.” Evan agak dongkol dengan kepolosan Clara. “Oh. . .” sahut Clara pendek. “Lho,kok cuma oh? Takut dimarahi pacar kamu ya?” Evan terus memancing.
Tanpa sadar,Clara termakan pancingan Evan. Clara menoleh dan mengernyit,kemudian mengangkat bahu. “Jadi,loe udah punya pacar belum?” Evan semakin agresif. “Yaa...ada sih,” jawab Clara tanpa memandang Evan. “Lho,kok loe kaya gimana gitu?” Evan makin penasaran. “Dia..nggak kuliah di sini. Dia di Yogya.” Clara menunduk sedih,teringat Randi dan segala kenangan mereka.
***
Yogyakarta
Randi termenung menatap suasana di balik jendela. Hujan,sedang apa kamu Clar? Randi seperti kehilangan semangatnya. Bagai lilin tanpa nyala api,putih...dingin. Ah,andai saja aku punya HP. Tak akan begini jadinya. Aku rindu kamu,Clara. Mahasiswa andalan universitas itu pun ternyata bisa tak berdaya karena cinta.
“Lho,kenapa Ran? Sakit?” sapa Mbak Asih tiba-tiba. “Eh,ini Mbak...lagi nikmatin hujan.” Randi tersentak dari lamunannya. “Nikmatin hujan kok ngelamun gitu!Piye tho?” Mbak Asih heran. “Jujur saja,kamu sedang ada masalah kan?” kata Mbak Asih perhatian. “Hmmm,iya Mbak.” Randi tampak malas bercerita. “Ya udah,kenapa nggak cerita aja apa masalahnya?” Randi hanya garuk-garuk kepala. “Begini,Mbak. Sudah sebulan aku nggak hubungi Clara. Aku pingin tahu kabarnya. Tapi,sampai sekarang aku belum mampu beli HP.” Mbak Asih tampak mengerti. “Oh,cuman gitu tho ternyata. Kenapa ndak bilang?” Randi menatap Mbak Asih,ingin tahu. “Kebetulan,aku mau beli HP baru. Gimana kalau HP-ku yang lama kujual padamu?”
“Tapi,Mbak...berapa harganya?” Randi sedikit khawatir ia takkan mampu membayar. “Tenang aja,untuk kamu kujual Rp 650.000,00. Bagaimana? Bisa dicicil kok,nggak usah khawatir!” Mbak Asih seperti bisa membaca pikiran Randi. “Bener nih Mbak? Tapi dua bulan ya?” mata sayu Randi kembali berbinar. “Lha ya bener lah! Tapi aku tahan dulu sampai lunas ya? Aku belum bisa beli lagi sebelum kamu lunasi.” Senyum Mbak Asih. “Iya Mbak! Aku lunasi secepatnya!” Randi tersenyum gembira.
***
Bandung
“Hei,gimana kabar pacar loe itu,Ra?” tanya Evan sambil menyedot jus jambu. “Sudah dua bulan lebih,dia nggak calling aku. Yah,mungkin masih sibuk ngerjain tugas.” Clara mengangkat bahu,seolah tak peduli. Akhir-akhir ini sikap Clara memang begitu. Jika ditanya mengenai kabar Randi,selalu saja ia berubah tak peduli. Sikap yang bertolak belakang dengan hatinya. Hampir tiap malam,Clara selalu menangis. Tak bisa menahan rindu.
“Mungkin dia udah dapat pengganti loe.” Kata Evan santai. Mendengar perkataan Evan,mata Clara membeliak kaget. “Nggak kali,Van. Aku tahu dia sibuk ngerjain tugas,dia pasti mahasiswa teladan di sana.” sahut Clara menenangkan hatinya. “Yee,loe lugu banget deh! Sayang banget,cewek secantik loe...” Kembali Clara tersentak. “Maksud kamu apa sih,Van?” Clara mulai melihat gelagat aneh.
“Yaah...masa sih,cewek cantik kaya loe nungguin yang nggak pasti. Percuma,palingan dia di sana juga lagi nongkrong bareng cewek!” Evan terlihat cuek. Mendengar perkataan Evan,mata Clara menyipit. “Nggak!!” Clara berlari meninggalkan Evan di Cafe,tempat mereka bersantai.
***
Yogyakarta
Yogya,i’m coming!! Clara menghirup udara Yogya yang penuh polusi dengan semangat,ia pulang. Setelah kejadian di Cafe itu,Clara memutuskan untuk pulang. Lagipula,ia juga sudah lama tak menengok rumah. Clara berjalan gontai,menengok kanan-kiri. Siapa tahu,sopir utusan papanya sudah menunggu.
Keesokan paginya,Clara memutuskan untuk berjalan-jalan. Sebelum menemui Randi,Clara ingin menikmati kepulangannya. Rumah sepi,seperti biasa mama dan papanya sibuk mengurus perusahaan mereka. Adiknya,tentu saja sedang berkutat dengan bola basket. Sarapan pun cuma ala kadarnya,Clara tak berselera. Ia memutuskan untuk mencari sarapan di Bundaran UGM. Pagi-pagi seperti ini,di sana ramai dengan berbagai masakan khas kota kelahirannya. Clara segera memacu sedan putihnya.
***
Sepagi itu,Randi dan Mbak Asih sudah menikmati bubur ayam di Bundaran UGM. Tempat itu memang terkenal sebagai ajang wisata kuliner bagi masyarakat setempat. Menunya pun bermacam-macam,tak hanya masakan khas Jawa. Randi sengaja mentraktir Mbak Asih bubur ayam. Ia sedang senang,kini HP Mbak Asih sudah di tangannya,sebentar lagi ia akan tahu kabar Clara. Ya,Randi berhasil melunasi cicilannya. Karena itu,ia mentraktir Mbak Asih sebagai ucapan terima kasih.
Sedan putih Clara sudah terparkir di antara banyak kendaraan masyarakat Yogya yang sedang menikmati kuliner di Bundaran UGM. Clara bergegas keluar dari mobil,berkeliling melihat-lihat makanan yang menggugah selera. Namun,ketertarikannya pada berbagai macam makanan hilang dengan cepat. Matanya memandang seseorang berkaus biru,sedang menikmati bubur ayam. Seorang cewek duduk di dekatnya. Randi-kah itu? Dengan rasa penasaran Clara menghampiri tempat itu. Setelah sampai,Clara masih terpekur,menatap tanpa kedip sosok yang kini membelakanginya.
Clara tak perlu menunggu lama,sosok itu membalikkan badannya. Sekarang,mereka saling berhadapan. “Clara!Clara,kapan kamu pulang?” ternyata Randi,menyongsongnya dengan senyum sumringah. Clara pun membalas senyumnya,”Randi! Aku ke sini sengaja ngasih surprise buat kamu! Aku...” perhatian Clara beralih pada cewek di belakang Randi,yang bersamanya sejak tadi. Entah apa yang merasukinya,tiba-tiba Clara teringat perkataan Evan. palingan dia di sana juga lagi nongkrong bareng cewek...masa sih cewek kaya loe nungguin yang nggak pasti? Sayang banget...sayang banget...perkataan Evan terngiang-ngiang di telinganya. Raut muka Clara berubah seketika. “Ran...Ran...dia siapa? Kamu...kamu nggak...” Clara terisak. Randi bingung menghadapi perubahan Clara,”Nggak apa,Clar? Dia Mbak Asih,aku belum cerita ke kamu ya?” Clara menggeleng,isaknya semakin keras. “Ran,kenapa? Kamu nggak pernah kasih kabar,sekarang...apa?” Randi juga menggeleng. “Clar,dengerin aku dulu. Kamu pasti salah paham. Dia nggak seperti yang kamu pikir. Dia...”
“Dia...dia apa,Ran! Aku sengaja pulang untukmu,tapi kamu...ah,sudahlah!” Clara memotong perkataan Randi,ia bergegas menuju sedannya. “Clara...Clara!!” Randi mengejar,tapi Clara terlalu cepat. Clara segera tancap gas,jendela pengemudi terbuka. Sambil mengemudi,Clara membuang seluruh kenangan mereka. Clara mengemudi dengan kecepatan tinggi,ia tak dapat melihat dengan jelas. Matanya kabur oleh air mata. Sepuluh detik kemudian,Duaarrr!!!
Sedangkan di tempat yang ditinggalkan Clara,Randi berdiri terpaku. Wajahnya pucat. Randi memungut sesuatu yang terjatuh di kakinya,sesuatu yang terhembus angin bersama dengan hilangnya mobil Clara. Sesuatu itu,foto mereka berdua. Randi memandangi foto itu,lama. Dia kakak sepupuku,Clar. Mbak Asih kakak sepupuku...
Tanpa mengetahui apa yang sedang terjadi pada Clara,Randi mengantongi foto mereka. Tanpa mengetahui,bahwa hanya itu yang tersisa dari kenangan manis mereka.
My room, 23.28 p.m. before midnight
09062008

Foto saya
believe that my big dream become real^_^

gooGle SearCh